logo universitas putera batam


logo universitas putera batam

asal mula facebook | penemu facebook

Siapa sangka ternyata jenius tak menjamin segalanya, setidaknya soal cinta. Di sebuah malam yang sial, mahasiswa cerdas dari Universitas Harvard itu mendapat kado pahit: diputus pacarnya dengan tak hormat. Dialah Mark Zuckerberg. Dia melongo di sebuah bar yang bising beberapa saat sebelum sadar bahwa pacarnya, Erica Albright, meninggalkannya.

"Dasar sundal," begitu pemuda keriting itu menulis. Energi kemarahannya yang hendak meletus hebat di ubun-ubunnya dia tumpahkan di blognya. Hasilnya, adalah blog penuh sumpah serapah dan kata-kata "kebun binatang". Meledak-ledak seperti ledakan fusi nuklir. Mark ditinggal oleh Erica karena dia kelewat obsesif ingin bergabung dengan klub elit di kampus Harvard dan tak mempedulikan keinginan Erica.

Kemarahan itulah yang kemudian dia tumpahkan dengan membangun situs permainan Facemash yang mengundang siapa saja untuk memilih dan menyusun nama-nama perempuan di kampus sesuai dengan seberapa cantik dan seksinya mereka. Kemampuan Mark untuk bisa menembus, mengupas, dan menggebrak, atau istilahnya dalam dunia maya "hacking", ke server kampus menggegerkan kampus Harvard. Itulah cikal bakal Facebook. Mark memulai revolusi dunia maya ini dimulai dari hati yang pecah berkeping-keping.

Itu enam tahun lalu. Kini siapa yang tak tersihir dengan Facebook? Energi kemarahan Mark telah menjadi situs yang mengantongi 500 juta anggota. Kisah itulah yang kini sedang populer di layar bioskop. Sutradara David Fincher dan skenario Aaron Sorkin mengangkat cerita bak dongeng itu dari buku The Accidental Billionaires karya Ben Mezrich. Sebuah film getir tapi inspiratif. David Fincher dan Aaron Sorkin lumayan sukses.

Energi kemarahan Mark telah menjadi situs yang mengantongi 500 juta anggota.


Salah satu kejeliannya adalah bagaimana menggambarkan sosok Mark sebagai orang yang suka bicara cepat tanpa putus, kerap tak peduli pada kawan atau pacar dan sosok yang digambarkan "selalu berusaha keras untuk berniat jahat." Penulis skenario Aaron Sorkin (A Few Good Men dan The American President, dan serial The West Wing) bisa membangun karakter Mark.

Sayangnya, film ini cuma terpesona dengan perseteruan Mark dan teman-temannya. Film ini tak cukup dalam mengulas temuan mencengangkan dari Facebook. Misalnya, Wall atau teknologi tag foto. Berbagi foto sudah ada di situs seperti Flickr dan Picassa. Tapi, teknologi tag foto membuat foto itu hidup. Orang-orang yang diberi tag mendapat notifikasi.

Sejarah Dam Duriangkang Batam

Sejarah Dam Duriangkang Batam - Duriangkang adalah nama sebuah dam atau waduk di kota Batam. Dam ini merupakan yang terbesar dari 6 dam di pulau batam. Luas air dam duriangkang adalah 23.4 km2, sedikit lebih besar dari rawa pening di jawa tengah, dan jauh lebih besar dibanding telaga sarangan di jatim atau danau bratan di bali, sehingga tak sedikit yang menyebutnya danau.

Satu hal yang unik, dam duriangkang ini dibangun dengan cara membendung laut. Jadi dam duriangkang yang sekarang ini berair tawar aslinya adalah teluk duriangkang yang berair asin. Asal nama duriangkang sendiri menurut legenda yang pernah saya baca di buku cerita rakyat anak-anak masa kecil dulu, berasal dari kata “duri, angkang!”.

dam duriangkang batam
Konon, zaman dahulu kala ada seorang daeng asal sulawesi selatan yang berlayar sampai ke kepulauan riau. Ketika berada di perairan sekitar Batam, kapal sang daeng diterjang badai. Oleh daeng, kapal diperintahkan berlindung ke sebuah teluk. Malangnya, di teluk tersebut kapal malah terjebak oleh duri-duri di dalam air yang membuat kapal tak bisa bergerak. Sang kapten pun memerintahkan anak buahnya “Duri, angkang(angkat)!”. Dari kata ini kemudian muncul istilah duriangkang yang kelak menjadi nama teluk tersebut.

Teluk duriangkang kini sudah tak asin lagi. Air lautnya sudah berubah menjadi air tawar, dan menjadi sumber air minum utama warga kota batam.

ASAL USUL NAMA KOTA BATAM


Kota Batam merupakan salah satu pulau yang berada di antara perairan Selat Malaka dan Selat Singapura. Tidak ada literatur yang dapat menjadi rujukan darimana nama Batam itu diambil, yang jelas Pulau Batam merupakan sebuah pulau terbesar dari 329 pulau yang ada di wilayah Kota Batam. Satu-satunya sumber yang dengan jelas menyebutkan nama Batam dan masih dapat dijumpai sampai saat ini adalah Traktat London (1824).


Penduduk asli Kota Batam diperkirakan adalah orang-orang Melayu yang dikenal dengan sebutan Orang Selat atau Orang Laut. Penduduk ini paling tidak telah menempati wilayah itu sejak zaman kerajaan Tumasik (sekarang Singapura) dipenghujung tahun 1300 atau awal abad ke-14. Malahan dari catatan lainnya, kemungkinan Pulau Batam telah didiami oleh orang laut sejak tahun 231 M yang di zaman Singapura disebut Pulau Ujung.
Pada masa jayanya Kerajaan Malaka, Pulau Batam berada di bawah kekuasaan Laksamana Hang Tuah dan setelah Kerajaan Malaka jatuh, kekuasaan atas kawasan Pulau Batam dipegang oleh Laksamana Hang Nadim yang berkedudukan di Bentan (sekarang dikenal sebagai Pulau Bintan). Ketika Hang Nadim menemui ajalnya, pulau ini berada di bawah kekuasaan Sultan Johor sampai pertengahan abad ke-18. Dengan hadirnya kerajaan Riau Lingga dan terbentuknya jabatan Yang Dipertuan Muda Riau, maka Pulau Batam beserta pulau-pulau lainnya berada di bawah kekuasaan Yang Dipertuan Muda Riau, sampai berakhirnya kerajaan Melayu Riau pada tahun 1911.
Salah satu wisata Kota Batam jembatan Barelang
Di abad ke-18, persaingan antara Inggris dan Belanda amatlah tajam dalam upaya menguasai perdagangan di perairan Selat Melaka. Bandar Singapura yang maju dengan pesat, menyebabkan Belanda berusaha dengan berbagai cara menguasai perdagangan melayu dan perdagangan lainnya yang lewat di sana. Hal ini mengakibatkan banyak pedagang yang secara sembunyi-sembunyi menyusup ke Singapura. Pulau Batam yang berdekatan dengan Singapura, amat bermanfaat bagi pedagang-pedagang untuk berlindung dari gangguan patroli Belanda. Pada abad ke-18, Lord Minto dan Stamford Raffles dari Kerajaan Inggris melakukan Barter dengan pemerintah Hindia Belanda sehingga Pulau Batam yang merupakan pulau kembar dengan Singapura diserahkan kepada pemerintah Belanda.
Menurut sejarah, pengembangan Pulau Batam dapat dilihat pada tiga periode yang berbeda yakni periode masa lampau, periode pendudukan kolonial dan periode globalisasi. Perkembangan pulau Batam awalnya berasal dari Pemerintahan Kesultanan yang sekarang telah berbaur dengan Republik Singapura dan Kerajaan Malaysia yang terlebih dahulu menganut paham moderat. Sejarah pulau Batam dapat ditelusuri ketika pertama kali Bangsa Mongolia dan Indo-Aryans pindah dan menetap di kerajaan Melayu sekitar tahun 1000 M atau sebelum Kerajaan Islam Malaka dan Bintan muncul serta saat datangnya Pemerintahan Kolonial Eropa yang diprakarsai oleh bangsa Portugis, Belanda dan Inggris. Sejak tahun 1513 M, pulau Batam dan Singapura telah menjadi bagian dari kesultanan Johor. Penduduk pulau Batam sendiri berasal dari orang Melayu atau yang lebih dikenal dengan orang Selat atau orang Laut. Mereka menempati wilayah tersebut sejak zaman kerajaan Temasek atau paling tidak dipenghujung tahun 1300 M (awal abad ke-14). Referensi lain menyebutkan, pulau Batam telah dihuni orang Laut sejak 231 M. Ketika Singapura dinamai Temasek yang dikelilingi oleh perairan, wilayah ini telah dijadikan sebagai pusat perdagangan yang dikuasai oleh Tumenggung Tempatan (pemimpin wilayah).
Akibat dari pesatnya perdagangan tersebut membuat kerajaan Melayu Johor, Penyengat serta Lingga/Daik menjadi kuat dan mereka memperluas daerah kekuasaan sampai ke kawasan Malaka. Bukan itu saja, bahkan pulau Sumatera Bagian Timur juga menjadi bagian dari kekuasaan mereka. Sampai akhirnya datang bangsa Belanda dan Inggris pada tahun 1824 M, yang kemudian mengambil alih kekuasaan sekaligus menjadi daerah jajahannya dan munculah paham politis yang baru.
Pada 17 Maret 1824, Pemerintah Inggris Baron Fagel dari Belanda menandatangani perjanjian London (Anglo-Deutch Tractate berisi : Belanda mengaku kedudukan Inggris di Malaka dan Singapura, sementara itu Bencoolen (Bengkulu, Sumatera) menjadi kekuasaan Belanda sekaligus menguasai kepuluan Riau). Setelah kerajaan Melayu Riau yang berpusat di Lingga berpisah dari Johor, maka yang dipertuan besar bergelar Sultan membagi wilayah administrasi pemerintahan dalam kerajaan Melayu Lingga-Riau menjadi tiga bagian. Yakni kekuasaan Sultan di Daik Lingga, Yang Dipertuan Muda di Penyengat dan Tumenggung di Bulang. Ketiga wilayah ini menjadi satu kesatuan yang utuh dalam menjalankan roda pemerintahan. namun secara umum yang menjadi titik sentral dalam menjalankan roda pemerintahan di kerajaan Melayu dipegang Yang Dipertuan Muda yang berkedudukan di Penyengat.
Batam sendiri saat itu, merupakan wilayah kekuasaan Tumenggung yang pertama di Bulang bergelar Tengku Besar. Sementara yang menjadi Tumenggung terakhir adalah Tumenggung Abdul Jamal. Sebagai pusat kekuasaan dan yang menjalankan roda pemerintahan, pada tahun 1898, Yang Dipertuan Muda yang berpusat di Penyengat, mengeluarkan sepucuk surat yang ditujukan kepada Raja Ali Kelana bersama seorang saudaranya untuk mengelola pulau Batam. bekal surat itulah, Raja Ali Kelana kemudian mengembangkan usahanya di pulau Batam. Salah satunya mendirikan pabrik batu bata. Pada tahun 1965 Temasek melepaskan diri dari Federasi Malaysia (1963-1965) untuk menjadi negara Singapura yang bebas. Pada awal kemerdekaan Indonesia tahun 1945 hingga 1957, Tanjungpinang dinobatkan sebagai pusat pemerintahan dan bisnis di bagian Timur Sumatera. Tanjungpinang kemudian ditetapkan sebagai Ibukota Propinsi Riau yang kemudian diikuti oleh Pekanbaru yang terletak di Sumatera. Semenjak itu, Tanjungpinang resmi menjadi Ibukota Kabupaten Kepuluan Riau yang melingkupi 17 kecamatan termasuk di antaranya pulau Batam.
tags: sejarah
sumber: http://www.freetaskatcampuss.co.cc/2010/06/asal-usul-kota-batam.html
© 2015. Bocah Batam - Template by Creating Website
Proudly powered by Blogger