TEKNIK SAMPLING DALAM PENELITIAN
Abstrak
Tidak semua penelitian dapat
dilakukan secara populasi. Banyak alasan yang mendasari hal tersebut,
diantaranya sebaran populasi yang luas, waktu yang dibutuhkan terlalu
lama, keterbatasan biaya, dll. Sehingga mendorong peneliti untuk
melakukan penelitian secara sampel. Ada beberapa keuntungan dari
penelitian yang dilakukan secara sampel antara lain (1) memudahkan
jalannya penelitian, (2) penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan
cermat dalam pengumpulan data, dan (4) lebih efektif. Dalam menentukan
sampel mana yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah,
karena sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik
dari populasinya. Jika sampel yang kita gunakan tidak dapat mewakili
semua karakteristik populasinya (tidak representatif), maka hasil
penelitian tersebut tidak dapat dibuatkan generalisasinya. Untuk
mendapatkan sampel yang refresentatif tersebut, maka diperlukan
teknik sampling yang tepat, sehingga sampel yang kita gunakan
benar-benar mewakili semua karakteristik populasi penelitian.
A. Pendahuluan
Pada
hakekatnya, perguruan tinggi baik negeri maupun swasta mengemban tiga
tugas pokok yang lebih dikenal dengan nama Tri Dharma Perguruan Tinggi
yang harus dilakukan oleh seluruh sivitas akademika. Ketiga dharma
tersebut adalah: pendidikan dan pengajaran, melaksanakan penelitian, dan
melakukan pengabdian pada masyarakat.
Pada bidang penelitian, baik
mahasiswa maupun dosen dituntut untuk melakukan penelitian secara
ilmiah. Adapun bentuk penelitian yang dilaksanakan disesuaikan dengan
jenjang dan bidang kajian masing-masing. Bentuk penelitian yang
dilakukan mahasiswa dapat berupa makalah, tugas akhir (TA), ataupun
skripsi; sedangkan penelitian yang dilakukan dosen dapat berupa
penelitian pengembangan keilmuan dan teknologi, supaya dapat
meningkatkan mutu pendidikan, serta memungkinkan penerapan dan
pemanfaatan hasilnya bagi kepentingan dan usaha meningkatkan
kesejahteraan masyarakat. Selain itu, bagi seorang dosen, penelitian
merupakan salah satu syarat mutlak untuk kenaikan pangkat.
Sebelum seseorang akan melakukan
penelitian, sebaiknya harus menyusun rencana penelitian, yang dikenal
dengan usulan/proposal penelitian. Kegunaan dari proposal penelitian
tersebut adalah sebagai pedoman rencana awal yang akan dilakukan
peneliti, baik mengenai masalah, ruang lingkup, metode penelitian yang
dipakai, populasi dan sampel penelitian, perencanaan tempat dan waktu
penelitian, instrumen penelitian, sampai pada perencanaan anggaran (jika
diperlukan).
Dalam melakukan penelitian,
tidak semua penelitian dapat dilakukan secara populasi. Banyak alasan
yang mendasari hal tersebut, diantaranya sebaran populasi yang luas,
waktu yang dibutuhkan terlalu lama, keterbatasan biaya, dll. Lebih
lanjut Riduan dan Akdon (2006:240) mengatakan bahwa keuntungan
menggunakan sampel antara lain (1) memudahkan jalannya penelitian, (2)
penelitian lebih efisien, (3) lebih teliti dan cermat dalam pengumpulan
data, dan (4) lebih efektif. Dari berbagai alasan di atas, sangat
beralasan jika penelitian dilakukan hanya terhadap sampel saja.
Dalam menentukan sampel mana
yang akan dijadikan sebagai objek penelitian tidaklah mudah, karena
sampel yang kita ambil harus dapat mewakili semua karakteristik dari
populasinya. Jika sampel yang kita jadikan tidak dapat mewakili semua
karakteristik populasinya, maka hasil penelitian tersebut tidak dapat
dibuatkan generalisasinya.
B. Menentukan Populasi dan Ukuran Sampel yang Representatif
Populasi
ialah Wilayah generalisasi yang terdiri atas: objek/subjek yang
mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh
peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. (Sugiyono,
1997:59). Populasi dalam setiap penelitian harus disebutkan secara
jelas yaitu yang berkenaan dengan besarnya anggota populasi serta
wilayah penelitian yang dicakup. Tujuan diketahunya ukuran populasi
ialah agar kita dapat menentukan besarnya ukuran sampel yang diambil
dari anggota populasi dan membatasi berlakunya daerah generalisasi.
Ditinjau dari ukuran anggota
populasi, maka populasi terdiri dari populasi terbatas/ terhingga
(Finite Population)., dan populasi tak terbatas / tak terhingga
(Infinite Population). Namun dalam kenyataannya populasi terhingga
selalu menjadi populasi yang tak terhingga. Ditinjau dari sudut
sifatnya, maka populasi dapat bersifat homogen, dan heterogen.
Bersifat homogen artinya populasi tersebut mempunyai karakteristik yang
sama, sehingga tidak perlu mempersoalkan berapa banyak jumlah ukuran
sampel harus diambil.
Sedangkan bersifat heterogen
artinya setiap anggota sampel dari populasi tersebut mempunyai
karakteristik yang berbeda, sehingga perlu ditetapkan
batasan-batasannya, baik secara kualitatif maupun secara kuantitatif.
Penelitian
yang menggunakan seluruh anggota populasinya disebut sampel total atau
sensus. Penggunaan ini berlaku jika anggota populasi relatif kecil.
Untuk anggota populasi yang relatif besar, maka diperlukan mengambil
sebagian anggota populasi yang dijadikan sampel. Pengambilan anggota
sampel yang merupakan sebagian dari anggota populasi tadi harus
dilakukan dengan teknik tertentu dengan yang disebut teknik sampling.
Berkenaan dengan teknik
pengambilan sampel, Nasution (2003: 53) mengatakan bahwa “Mutu
penelitian tidak selalu ditentukan oleh besarnya sampel, akan tetapi
oleh kokohnya dasar-dasar teorinya, oleh desain penelitiannya,serta mutu
pelaksanaan dan pengolahannya”. Beberapa kriteria yang perlu
diperhatikan dalam mengambil sampel adalah sebagai berikut:
1. Berilah
batas-batas yang tegas tentang sifat-sifat / karakteristik populasi,
sehingga dapat menghindari kekaburan dan kebingungan.
2. Tentukan
sumber-sumber informasi tentang populasi. Ada beberapa sumber informasi
yang dapat memberi petunjuk tentang karakteristik suatu populasi.
Umpamanya didapat dari dokumen-dokumen.
3. Pilihlah teknik sampling dan hitunglah besar anggota sampel yang sesuai dengan tujuan penelitiannya.
4. Tentukan ukuran sampel yang akan dianalisis.
Supaya sampel yang dijadikan
penelitian representatif, maka diperlukan jumlah sampel minimal yang
digunakan dalam penelitian. Dalam penentukan ukuran sampel dapat
dilakukan dengan dua cara yaitu cara praktis (tidak menggunakan rumus
atau hitungan) dan cara perhitungan dengan menggunakan rumus. Banyak
sekali model rumus-rumus yang dapat digunakan untuk menentukan jumlah
sampel minimum, salah satunya rumus empiris dianjurkan oleh Issac dan
Michael (1981:192) dalam Sukardi (2004:55) sebagai berikut:
Keterangan:
S = jumlah sampel yang dicari;
N = Jumlah populasi;
P = proporsi populasi, asumsi diambil P = 0,50
d = derajat ketepatan, biasanya diambil d = 0,05
2 = nilai tabel 2 = 3,841
Sebagai contoh, jika banyakya populasi diketahui = 500, maka banyaknya sampel minimum yang harus diambil adalah:
Jadi minimal sebanyak 217.
Supaya dalam pelaksanaan
penelitian tidak terlalu banyak perhitungan, maka Issac dan Michael
(1981:192) menuangkan rumus tersebut ke dalam bentuk tabel, sehingga
kita tinggal memakai tabel tersebut.
Tabel 1 : Menentukan Jumlah sampel dengan Taraf Signifikansi 5%
N S N S N S N S
10 10 90 73 300 169 1900 320
15 14 95 76 400 196 2000 322
20 19 100 80 500 217 2200 327
25 24 120 92 600 234 2400 331
30 28 130 97 700 248 2600 335
35 32 140 103 800 260 2800 338
40 36 150 108 900 269 3000 341
45 40 160 113 1000 278 3500 346
50 44 170 118 1100 285 4000 351
55 48 180 123 1200 291 4500 354
60 52 190 127 1300 297 5000 357
65 56 200 132 1400 302 10000 370
70 59 220 140 1500 306 15000 375
75 63 240 148 1600 310 20000 377
80 66 260 155 1700 313 50000 381
85 70 280 162 1800 317 100000 384
Sumber : Sugiono (1997 : 67)
Sebagai contoh, untuk populasi
yang berjumlah 100, dengan taraf signifikasi 5% ukuran sampelnya 80,
sedangkan untuk populasi yang berjumlah 3500 taraf signifikansi 5%
sebanyak 346.
C. Teknik Pengambilan Sampel
Pengambilan
sampel dapat dilakukan dengan dua cara yaitu : sampling random
(probability sampling) dan sampling nonrandom (nonprobability
sampling). Sampling random yaitu pengambilan sampel secara acak yang
dilakukan dengan cara undian, atau tabel bilangan acak/random atau
dengan menggunakan kalkulator/komputer. Sedangkan sampling nonrandom
atau disebut juga sebagai incidental sampling, yaitu pengambilan sampel
tidak secara acak.
1. Teknik Sampling Random
Teknik
sampling random terdiri atas tiga jenis, yaitu sampling random
sederhana (Simple Random Sampling), sampling bertingkat (Stratified
Sampling), dan sampling kluster/area (Cluster Sampling)
a. Sampling Random Sederhana
Digunakan
jika populasi bersifat homogen. Dikatakan sederhana karena cara
pengambilan sampel dari semua anggota populasi dilakukan secara acak
tanpa memperhatikan strata/tingkatan yang ada dalam populasi itu.
b. Teknik Sampling Bertingkat
Teknik
sampling ini disebut juga dengan istilah teknik sampling berlapis,
berjenjang, dan petala. Teknik ini digunakan apabila populasinya
heterogen atau terdiri atas kelompok-kelompok yang bertingkat. Penentuan
tingkat berdasarkan karakteristik tertentu. Misalnya : menurut usia,
pendidikan, golongan pangkat, dan sebagainya. Teknik ini akan semakin
baik jika dilengkapi dengan penggunaan proporsional, sehingga setiap
tingkat diwakili oleh jumlah yang sebanding. Sampling bertingkat yang
dilengkapi dengan proposional ini disebut proportional stratified random
sampling. Keuntungan menggunakan cara ini ialah anggota sampel yang
diambil lebih representatif. Kelemahannya ialah lebih banyak memerlukan
usaha pengenalan terhadap karakteristik populasinya. Jika banyaknya
ukuran dari masing-masing tingkatan/kelompok tidak proporsional maka
disebut dengan disproportional stratified random sampling.
Contoh Teknik sampling proporsional :
Misalnya
populasi untuk A = 25, B = 60, C = 15. Jadi, jumlah anggota populasi =
100. Sedangkan besar anggota sampel = 80 sehingga besar masing-masing
sampel untuk A, B, dan C dapat dihitung sebagai berikut :
untuk A : (25/100) x 80 = 20 orang,
untuk B : (60/100) x 80 = 48 orang, dan
untuk C : (15/100) x 80 = 12 orang.
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
Contoh Teknik sampling yang tidak proporsional:
Misalnya
populasi untuk A = 3, B = 4, C = 33, D = 60. Jadi, jumlah anggota
populasi = 100. Sedangkan besar anggota sampel sebanyak 80 sehingga
besar masing-masing sampel untuk A, B, C dan D dapat dihitung sebagai
berikut :
Untuk A dan B diambil semuanya
sebagai sampel, sedangkan untuk C dan D diambil secara proporsi dengan
perhitungan sebagai berikut:
Sehingga jumlah sampel seluruhnya sebanyak 80 orang.
c. Teknik Sampling Kluster
Teknik
sampling ini disebut juga sebagai teknik sampling daerah, conditional
sampling/restricted sampling/area sampling. Teknik ini digunakan apabila
populasi tersebar dalam beberapa daerah, propinsi, kabupaten,
kecamatan, dan seterusnya. Pada peta daerah diberi petak-petak dan
setiap petak diberi nomor. Nomor-nomor itu kemudian ditarik secara acak
untuk dijadikan anggota sampelnya.
Pada penggunaan teknik sampling
kluster, biasanya digunakan dua tahapan, yaitu tahap pertama menentukan
sampel daerah, dan tahap kedua menentukan orang/orang atau objek yang
dijadikan penelitian pada daerah yang terpilih yang dilakukan secara
random.
Keuntungan menggunakan teknik
ini ialah : (1) dapat mengambil populasi besar yang tersebar diberbagai
daerah, dan (2) pelaksanaannya lebih mudah dan murah dibandingkan teknik
lainnya. Sedangkan kelemahannya ialah (1) jumlah individu dalam setiap
pilihan tidak sama, karena itu teknik ini tidaklah sebaik teknik
lainnya; (2) ada kemungkinan penduduk satu daerah berpindah kedaerah
lain tanpa sepengetahuan peneliti, sehingga penduduk tersebut mungkin
menjadi anggota rangkap sampel penelitian.
2. Teknik Sampling Nonrandom
Teknik
sampling nonrandom terdiri atas lima macam yaitu: Teknik Sampling
Sistematis (Systematical Sampling), Teknik Sampling Kebetulan
(Accidental Sampling), Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling),
Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling), dan Teknik Bola Salju
(Snowball Sampling)
a. Teknik Sampling Sistematis (Systematical Sampling)
Teknik
ini sebenarnya dapat termasuk kepada teknik random sampling sederhana
yang digunakan secara ordinal. Artinya anggota sampel dipilh berdasarkan
urutan tertentu. Misalnya setiap kelipatan 10 atau 100 dari daftar
pegawai disuatu kantor, pengambilan sampel hanya nomor genap atau yang
ganjil saja, dll. Keuntungan teknik ini ialah lebih cepat dan mudah.
Sedangkan kelemahannya adalah kadang-kadang kurang mewakili populasinya.
b. Teknik Sampling Kebetulan (Accidental Sampling)
Teknik
sampling kebetulan dilakukan apabila pemilihan anggota sampelnya
dilakukan terhadap orang atau benda yang kebetulan ada atau dijumpai dan
dipandang orang yang dijumpai tsb. cocok dijadikan sumber data.
Misalnya kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga
atau keluarga berencana, maka pertanyaan diajukan kepada mereka yang
kebetulan dijumpai dipasar atau ditempat-tempat lainnya. Keuntungan
menggunakan teknik ini ialah murah, cepat dan mudah. Sedangkan
kelemahannya ialah kurang representatif.
c. Teknik Sampling Bertujuan (Porpusive Sampling)
Teknik
ini digunakan apabila anggota sampel yang dipilih secara khusus
berdasarkan tujuan penelitiannya. Sebagai contoh : untuk meneliti
tentang disiplin siswa maka yang dipilih adalah orang yang aahli dalam
kesiswaan seperti kepala sekolah, PKS urusan kesiswaan, ketua osos,
yang dijadikan anggota sampel. Keuntungan menggunakan teknik ini ialah
murah, cepat dan mudah, serta relevan dengan tujuan penelitiannya.
Sedangkan kerugiannya ialah tidak representatif untuk mengambil
kesimpulan secara umum (generalisasi).
d. Teknik Sampling Kuota (Quota Sampling)
Teknik
ini digunakan apabila anggota sampel pada suatu tingkat dipilih dengan
jumlah tertentu (kuota) dengan ciri-ciri tertentu. Sebagai contoh,
Jemaah haji yang berangkat ke tanah suci sudah diberi jatah (kuota) oleh
Persatuan Haji Indonesia (PHI) bekerjasama dengan Pemerintah Arab
Saudi, yaitu sebanyak 250.000 orang haji dari populasi 250.000.000 jiwa
penduduk Indonesia. Artinya satu orang calon haji mewakili 1000 orang
penduduk. (Riduan dan Akdon, 2006 : 246-247).
e. Teknik Bola Salju (Snowball Sampling)
Teknik
penentuan sampel bola salju ini digunakan apabila jumlah sampel yang
diketahui hanya sedikit. Dari sampel yang sedikit tersebut peneliti
mencari informasi sampel lain dari yang dijadikan sampel terdahulu,
sehingga makin lama jumlah sampelnya makin banyak. Seperti bola salju
yang menggelinding makin lama bola salju tersebut makin besar.
D. Penutup
Dari
uraian di atas, banyak teknik sampling yang dapat kita lakukan untuk
mendapatkan sampel yang representatif, baik secara sampling random
(probability sampling) maupun secara sampling nonrandom (nonprobability
sampling). Kesalahan-kesalahan umum yang sering dijumpai dalam
menentukan besarnya anggota sampel diantaranya: (1) Peneliti mengubah
prosedur teknik sampling; (2) Peneliti memilih anggota sampel yang tidak
sesuai dengan tujuan penelitiannya, (3) Peneliti mengurangi anggota
sampel yang telah ditentukan oleh perhitungannya; (4) Peneliti tidak
memberikan alasan-alasan mengapa rumus dan teknik sampling tertentu yang
ia gunakan didalam penelitiannya itu;
Selain hal tersebut, kekeliruan
non sampling ini dapat terjadi dalam setiap penelitian, apakah itu
berdasarkan sampling atau berdasarkan sensus, penyebabnya adalah: (1)
populasi tidak didefinisikan sebagaimana mestinya, (2) Kuesioner tidak
dirancang sesuai dengan keperluan. (3) Peneliti kurang memahami isi dari
kuesioner sehingga jawaban responden kurang sesuai dengan keinginan.
(4) Responden tidak memberikan jawaban yang objektif atau menolak untuk
memberikan jawaban.
Daftar Pustaka
Arikunto, Suharsimi. (2003). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek,Yogyakarta : Rineka Cipta.
Nasution. (2003). Metode Research, Penelitian Ilmiah, Thesis. Bandung : Jemmars.
Riduan, dan Akdon. (2006). Rumus dan Data dalam Aplikasi Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sugiyono. (1997). Statistika untuk Penelitian. Bandung: Alfabeta.
Sukardi. (2004). Metodologi Penelitian Pendidikan, Kompetensi dan Prakteknya. Jakarta : Bumi aksara.